Sembilan Arahan Presiden Jokowi Terkait Desain Belanja 2018

SR, Jakarta – Presiden Joko Widodo memberikan 9 arahan kepada para Menteri Kabinet Kerja terkait pagu indikatif RAPBN 2018. Dia menegaskan, dengan volume belanja Negara yang akan mencapai di atas Rp 2.200 triliun, maka fokus dan perhatian pemerintah harus betul-betul diarahkan untuk mencapai target pembangunan.
“Terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas sehingga bisa menurunkan angka kemiskinan menjadi single digit, serta berdampak pada pengurangan kesenjangan antar daerah maupun ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin,” kata Jokowi di Jakarta, Kamis (6/4/2017).
Arahan pertama ialah menyangkut program infrastruktur prioritas nasional. Jokowi menegaskan pada tahun 2018 mendatang, seluruh program prioritas nasional yang telah dicanangkan dan sedang dikerjakan saat ini harus dapat diselesaikan sehingga percepatan pertumbuhan ekonomi dapat tercapai.
“Sekali lagi, seluruh program infrastruktur nasional harus dapat diselesaikan di 2018 sehingga kita memiliki fondasi yang kuat, bukan saja untuk meningkatkan daya saing, tapi juga bisa meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Tentu saja pertumbuhan ekonomi yang dimaksud oleh Presiden, tidak hanya berfokus pada angka pertumbuhan semata. Presiden mengingatkan agar jajarannya turut mengupayakan ekonomi yang berkeadilan, dalam rangka menurunkan tingkat kesenjangan.
“Perlu saya ingatkan juga masalah pemerataan ekonomi yang berkeadilan. Dorong agar program-program itu masuk ke sini (ekonomi berkeadilan). Masukkan ke sini hal-hal yang berkaitan dengan pengurangan ‘gini ratio’, pengurangan kesenjangan,” Jokowi menegaskan.
Arahan kedua yaitu mengenai alokasi anggaran untuk sektor pendidikan dan kesehatan. Menurut ketentuan, pemerintah wajib menyediakan alokasi anggaran sebesar 20 persen yang dikhususkan untuk sektor pendidikan. Agar alokasi anggaran pendidikan tersebut lebih terencana dan tepat guna, Presiden Joko Widodo menginstruksikan Menteri Keuangan untuk membentuk dana abadi pendidikan.
“Jangan semuanya dihabiskan tapi tidak tepat guna. Sudah, sekarang disisihkan sehingga kita akan memiliki dana pendidikan yang besar di situ. Ini investasi jangka panjang untuk anak cucu kita. Saya kira harus dimulai,” kata Jokowi.
Dijelaskan, dana abadi pendidikan ini bertujuan untuk mengelola dana investasi pendidikan bagi generasi yang akan datang. Menteri Keuangan sendiri memperkirakan bahwa bila dimulai dari sekarang, pada tahun 2030 mendatang Indonesia akan memiliki dana abadi pendidikan sekitar Rp. 400 triliun.
Sebagai arahannya yang ketiga, Presiden Joko Widodo telah memutuskan untuk menetapkan nilai maksimal bagi belanja barang. Ia menjadikan realisasi belanja tahun anggaran 2016, sebagai nilai maksimum bagi pembelanjaan barang kementerian dan juga lembaga.
“Kalau tidak dipastikan seperti ini, pasti akan lari ke mana-mana. Kurangi belanja yang tidak efisien dan tidak sesuai dengan tujuan dan prioritas nasional,” ujarnya.
Arahan selanjutnya, Jokowi meminta jajarannya agar memastikan subsidi yang diberikan oleh pemerintah benar-benar tepat sasaran dan efisien. Ditegaskan, subsidi pemerintah hanyalah ditujukan bagi 40 persen lapisan masyarakat ekonomi terbawah.
“Jangan luput lagi entah yang namanya subsidi BBM, subsidi gas elpiji, subsidi pupuk, subsidi benih, dan yang lainnya. Jangan lari ke tempat-tempat yang lain. Apalagi justru dinikmati oleh lapisan yang menengah ke atas. Sudah, subsidi untuk yang 40 persen lapisan masyarakat ekonomi ke bawah,” ucap Presiden.
Jokowi mengatakan, pengentasan kemiskinan memang selalu menjadi tujuan tiap negara. Oleh karena itu, arahan selanjutnya Jokowi meminta kepada jajarannya untuk mengawal jalannya Program Keluarga Harapan (PKH) yang kini sedang berjalan. Program tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah yang dianggap efektif dalam membantu keluarga prasejahtera.
“PKH ini merupakan salah satu program yang efektif mengurangi kemiskinan. Harus ada pendampingan, ada yang mengawal di situ. Saya minta juga agar ditingkatkan sasarannya dari 6 juta menjadi 10 juta keluarga. Artinya di sini akan ada tambahan anggaran,” katanya.
Arahan keenam, terkait dengan sektor pertanian, Jokowi menginstruksikan kepada Menteri Pertanian untuk mengarahkan belanja pertanian kepada pengembangan tanaman hortikultura dan pembangunan sarana irigasi. Ia juga meminta Menteri Pertanian untuk memastikan subsidi pupuk yang tepat sasaran.
“Pembangunan infrastruktur irigasi harus sesuai dengan pengadaan sawah yang ada. Jadi jangan sampai irigasinya ada, sawahnya tidak ada. Saya bicara seperti ini bukan tidak ada data, banyak seperti itu, irigasinya ada tapi sawahnya tidak ada. Bendungannya ada sudah bertahun-tahun tapi jaringan irigasi tidak ada, yang aneh-aneh seperti ini banyak di lapangan,” katanya.
Arahan ketujuh terkait dengan pembangunan di daerah, Jokowi meminta pemerintah daerah untuk mengantisipasi perubahan Dana Alokasi Umum (DAU) yang diberikan tiap tahunnya. Sebab, dalam menentukan besaran DAU yang diberikan, pemerintah akan memulai untuk menggunakan formula dinamis sesuai dengan jumlah pendapatan.
“Jadi tidak bisa pemerintah daerah dapat misalnya 1.000 miliar, kemudian dipastikan pasti 1.000 miliar lagi tahun ini, tidak. Kalau pendapatan kita turun, ya dia juga harus mengikuti itu. Terlalu enak sekali, kita pontang-panting mencari pendapatan dan sering tidak tercapai kemudian DAU-nya di daerah tetap. Hal-hal seperti itu saya kira harus kita mulai agar semua memiliki peran yang sama dalam mengelola anggaran,” terang Jokowi.
Masih terkait dengan dana yang dikucurkan pemerintah pusat, arahan Jokowi selanjutnya yaitu, Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan agar digunakan untuk mengatasi kesenjangan ketersediaan layanan publik di daerah. Hal tersebut dilakukan dengan cara sinkronisasi program antardaerah dan antarsumber pendanaan.
“Yang kesembilan mengenai dana desa. Ini dana desa akan semakin besar. Pantau terus efektivitas pelaksanaannya, terutama prioritaskan untuk peningkatan produktivitas dalam rangka mengurangi kemiskinan, memperbaiki infrastruktur, dan penciptaan lapangan pekerjaan di desa,” ujarnya.
Jokowi juga meminta para menteri untuk hadir langsung di lapangan, dan memeriksa dengan detail program-program kerja di kementeriannya. Utamanya untuk mengawal dan memastikan program-program pemerintah yang terkait dengan Nawacita, dapat diselesaikan pada tahun 2018 ini.
“Jangan hanya diserahkan ke eselon I, eselon II, atau bahkan eselon III. Tolong semua Menteri periksa sendiri, kawal sendiri program yang ada di Kementerian secara detail. Jangan terjebak rutinitas,” katanya.(ns/red)
Tags: arahan presiden, desain belanja 2018, ekonomi, joko widodo, sembilan
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.