Ritual Tumpengan, Suroan di Klenteng Cokro Doakan Dewi Sri

Patung Dewi Sri bagian penting di Klenteng Hong San Ko Tee (Klenteng Cokro). Patung yang dalam tradisi Jawa menyimbolkan kemakmuran itu ditemukan di masa awal pembangunan klenteng. Setiap Jumat Legi dan 1 Suro rutin digelar doa bersama dan tumpengan. (foto: hamidiah kurnia/superradio.id)

Bunga setaman, air suci, hio, lilin di altar tempat patung Dewi Sri di Klenteng Hong San Ko Tee (Klenteng Cokro) di Jalan Cokroaminoto 12 Surabaya, pada 1 Suro atau Jumat (27/6/2025). (foto: hamidiah kurnia/superradio.id)

Sebanyak 46 tumpeng dari umat dikumpulkan untuk didoakan bersama pada 1 Suro di Klenteng Hong San Ko Tee (Klenteng Cokro) di Jalan Cokroaminoto Surabaya, Jumat (27/6/2025). (foto: hamidiah kurnia/superradio.id)

Umat Tionghoa dan warga sekitar berdoa bersama dipimpin seorang mudin di depan altar Dewi Sri di Klenteng Hong San Ko Tee (Klenteng Cokro) di Jalan Cokroaminoto Surabaya, Jumat (27/6/2025). (foto: hamidiah kurnia/superradio.id)


Pengurus membagikan tumpeng kepada umat, warga dan pengurus Klenteng Hong San Ko Tee (Klenteng Cokro) di Jalan Cokroaminoto Surabaya, Jumat (27/6/2025). (foto: hamidiah kurnia/superradio.id)
SR, Surabaya – Ada yang berbeda ketika memasuki Klenteng Hong San Ko Tee di Jalan Cokroaminoto 12 Surabaya, pada Jumat (27/6/2025). Jika biasanya klenteng menjadi jujugan ibadah para umat Konghucu, khusus 1 Suro diadakan tradisi kejawen yakni tumpengan dan doa bersama.
Alunan langgam Jawa pun terdengar jelas. Kegiatan dimulai dengan berdoa pada dewa tuan rumah yang ada di pelataran area Tridharma Kong Tik Tjoen Ong dan dilanjutkan dengan berdoa di area Dewi Sri yang dipimpin mudin setempat. Tampak belasan umat duduk di depan area tersebut, khusyuk mengikuti rangkaian doa.
Usai berdoa, mudin dan pengurus klenteng mulai membawa kemenyan dan sebaskom air bunga yang telah didoakan sebelumnya. Disebarkan ke puluhan tumpeng yang berjejer di lantai area kanan klenteng. Setelah itu, barulah tumpeng-tumpeng tersebut dibagikan. Ada yang dibawa pulang dan ada pula yang diserahkan ke klenteng.
Pengurus Klenteng Cokro, Robertus menyebut, tradisi ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan turun temurun. Sejak ditemukannya patung Dewi Sri di masa awal pembangunan Klenteng yang diteruskan hingga sekarang. Dewi Sri dalam tradisi Jawa merupakan dewi padi yang merupakan simbol kemakmuran.
Bukan tanpa alasan. Selain sebagai penghormatan pada Dewi Sri, sebagai umat yang tinggal di Jawa pihaknya juga sangat menjunjung budaya setempat.
Tak heran para umat antusias terlibat. Total ada 46 tumpeng umat yang didoakan saat perayaan 1 Suro. Tumpeng tersebut selanjutnya ada yang dibawa kembali sebagai berkat dan ada pula yang diserahkan ke klenteng untuk dibagikan.
“Jadi kita merayakan 1 Suro, menyambut 1 Suro di awal tahun. Ini diadakan semenjak adanya bangunan kejawen ini. Awalnya kan belum ada, jadi mulai sekitar tahun 2000an awal,” tuturnya.
Selain 1 Suro, pihaknya juga rutin mengadakan tumpengan dan doa bersama tiap Jumat Legi. “Di 1 Suro ini doanya semua berjalan baik, lancar, sehat, harapannya tahun ini jadi lebih baik. Selain 1 Suro kita juga tiap Jumat Legi kita ada acara tumpengan juga,” sebutnya.
Sementara itu, salah satu umat Santi (68) turut membagikan pengalamannya. Ia mengaku rutin tiap tahun datang untuk merayakan 1 Suro di sana. “Di sini, setiap tahun memang Suro-an di sini, saya sembahyang bersama anak ikut sembahyang,” ucapnya. (hk/red)
Tags: Dewi Sri, klenteng cokro, superradio.id, surabaya, suro, Tumpengan
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.