Pemkab Malang Selidiki Pelajar dan Guru Mts Malang Keracunan MBG

Rudy Hartono - 24 October 2025
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malang Budiar Anwar menunjukkan menu Makan Bergizi Gratis yang sampelnya diambil untuk diuji laboratorium saat ditemui di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (23/10/2025). (foto: antara)   

SR, Malang  – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang menelusuri penyebab terjadinya peristiwa keracunan belasan pelajar di salah satu madrasah tsanawiyah (Mts) di wilayah itu, apakah karena mengkonsumsi kelayakan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) atau faktor lain.

“Kami masih menunggu hasil laboratorium (sampel) makanan yang bisa satu sampai tiga hari, sehingga belum mengetahui (penyebab keracunan),” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malang Budiar Anwar ditemui sesuai meninjau kondisi para pelajar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (23/10/2025).

Peristiwa keracunan ini menyebabkan 16 pelajar dan dua guru harus dirawat di RSUD Kanjurahan. Pemkab Malang menanggung sepenuhnya biaya pengobatan para pelajar.

Budiar menyatakan sembari menunggu hasil pemeriksaan sampel makan terbit, pihaknya melaksanakan pengecekan ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menyediakan paket MBG bagi Mts tersebut.

Proses pengecekan, kata dia, meliputi kebersihan dapur dan alat memasak hingga mekanisme pengolahan serta penyimpanan bahan baku. Terlebih SPPG itu disebutnya telah mengantongi sertifikat laik higiene sanitasi (SLHS). “Kejadian ini baru pertama kali terjadi,” ucapnya.

Sementara itu, Humas RSUD Kanjuruhan Lukito Condro menjelaskan pihaknya menerima para korban untuk menjalani perawatan pada pukul 11:30 WIB.

Baik murid maupun guru yang mengalami keracunan mengalami gejala mual dan nyeri. Melihat kondisi tersebut, perawat dan dokter di RSUD Kanjuruhan langsung melakukan serangkaian pemeriksaan, memberikan obat, dan observasi. “Kami melakukan penanganan secara kegawatan daruratnnya,” kata dia.

Dia menyatakan, untuk proses observasi guna memantau perkembangan kondisi kesehatan korban berjalan dalam kurun waktu tiga sampai enam jam. Dari hasil observasi petugas kesehatan dalam kurun waktu tertentu itu, para korban tidak menunjukkan gejala susulan.

“Kondisi terkini sudah membaik semua, kami sudah memperkenankan dipulangkan, ada yang dijemput keluarga dan pihak sekolah juga melakukan penjemputan,” tuturnya. (*/ant/red)

 

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.