Ladies, Catat Tips Ini Agar Tak Jadi Korban Kekerasan di Ranah Digital!!

Rudy Hartono - 27 April 2025
Founder HerAction Elni Nainggolan (kiri) saat diberi cinderamata usai talkshow di Kartini Youth Festival, Sabtu (26/4/2025) (foto: hamidiah kurnia/superradio.id)

SR, Surabaya – Kekerasan di ranah digital masih mengintai para perempuan. Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KemenPPPA) per tahun 2024,  terdapat 480 kasus kekerasan berbasis gender online (KBGO) dan 57 persen diantaranya menimpa perempuan dan anak usia 17-25 tahun.

Hal ini menunjukkan wadah kebebasan berekspresi yang justru menjadi dalih pelaku untuk bertindak jahat. Melecehkan perempuan lewat komentar media sosial, memanipulasi, menyebarkan data pribadi, foto, video, tanpa persetujuan korban.

Temuan tersebut pun menjadi sorotan banyak pihak salah satunya, perwakilan jaringan International Womens Day (IWD) Elni Nainggolan. Perempuan yang aktif di isu perempuan  tersebut turut membagikan tips agar terhindar dan tidak menjadi korban di ruang digital.

Pertama, pahami bahwa semua orang bisa menjadi pelaku. Dari kasus-kasus yang sering ia kawal menunjukkan bahwa rata-rata motif KBGO dilakukan orang terdekat, contohnya revenge porn.

Selanjutnya, pikirkan segala tindak laku dengan bijak. Terlebih, kebanyakan motif pelaku didasari oleh cemburu, iri hati, ketersinggungan personal hingga politik yang berujung pada usaha merusak nama baik dan merugikan fisik serta mental korban.

“Misal satu konten foto yang dibuat karena saling cinta tapi di kemudian hari itu jadi ancaman, itu sangat sering terjadi. Ada yang memang sadar melakukan foto itu tapi ada juga yang tidak tahu saat difoto dan di akhir dilakukan teror,” ucapnya saat menjadi narasumber di Kartini Youth Festival di Trans Icon Mall Surabaya, Sabtu (26/4/2025).

Ketiga, jangan mudah memberikan data krusial seperti NIK, foto atau konten pribadi, dan nomor HP pribadi ke sembarang orang.

Jika berprofesi sebagai konten kreator  maka cukup cantumkan nomor hp bisnis di bio media sosial dan pastikan tidak tersambung ke email maupun data pribadi yang krusial.

“Sangat amat rawan. Kita harus betul-betul mindfull ambil tindakan apapun itu, kita tidak bisa menjamin orang lain tidak menjadi pelaku tapi kita bisa mengusahakan diri kita agar tidak jadi korban,” jelasnya.

Keempat, jangan posting sesuatu yang meningkatkan potensi untuk disalahgunakan. Namun jika terlanjur maka biasakan mencatat semua password akun media sosial yang pernah dipakai. Hapus konten tersebut sebelum menjadi senjata bagi pelaku untuk melakukan KBGO.

Seperti diketahui, di era sekarang jejak digital sangat mudah diakses. Terlebih ada AI yang mampu memanipulasi membuat seakan foto atau video yang disebarkan adalah fakta.

“Biasakan untuk tidak lupa password media sosial. Bisa jadi di akun medsos yang dulu ada potensi konten yang bisa disalahgunakan oknum tidak bertanggungjawab,” tutur founder HerAction itu.

Selanjutnya, jangan ragu membantah semua potensi penipuan. Kumpulkan data dan bukti sebanyak-banyaknya jika permasalahan sudah mengarah ke persoalan hukum.

Jika menjadi korban, maka segera lapor ke lembaga terpercaya, seperti Komnas PPPA, ataupun lembaga lokal dan kelompok-kelompok yang aktif pada isu perempuan untuk mendapat bantuan.

Dan yang tak kalah penting yakni cari orang yang betul-betul mampu memberi support mental. Sebab penanganan kasus KBGO dan kekerasan seksual memerlukan alur yang sangat panjang dan melelahkan.

“Kekerasan seksual dan KBGO pembuktiannya jalurnya panjang sekali. Korban akan sangat lelah, jadi kita kalau ada teman kita atau kita sendiri yang jadi korban maka kita harus siap mental dan cari orang yang bisa membantu,” pungkasnya. (hk/red)

Tags: , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.