Anger Management Bagi Anak dengan Gangguan Skizofrenia

Yovie Wicaksono - 23 September 2023
Ilustrasi. Foto : (Freepik.com/Tirachardz)

SR, Surabaya – Skizofrenia merupakan kelompok gangguan psikotik yang memiliki ciri-ciri adanya kekacauan pada kognisi dan emosi, sehingga dapat memengaruhi aktivitas mendasar seperti emosi, pikiran, persepsi dan afeksi serta pemahaman akan diri.

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk membedakan antara realitas (yang nyata) dan khayalan (yang tidak nyata). Penyebabnya adalah adanya gangguan keseimbangan zat kimia di dalam saraf otak. Gangguan keseimbangan ini bisa terjadi apabila adanya kelelahan fisik dan psikis disertai kapasitas mental yang kurang baik. Gangguan psikotik ini pun dapat menyebabkan gangguan emosi yang mengakibatkan emosi anak menjadi tidak stabil dan membuat amarahnya menjadi tidak terkendali.

Gangguan psikotik dapat terjadi pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), sehingga dapat membuat ABK tidak mampu mengontrol dorongan rasa marah. Untuk mengurangi ekspresi kemarahan dan meningkatkan kemampuan pengendalian amarah pada ABK, diperlukan anger management.

Anger management merupakan salah satu teknik terapi yang dapat digunakan untuk mengurangi ekspresi kemarahan dan meningkatkan kemampuan pengendalian amarah. Anger management bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kondisi yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah, mengajarkan anak untuk merefleksikan diri dan masa depan yang diharapkan olehnya nanti.

Gangguan skizofrenia pada ABK bisa disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik, yaitu jika ayah atau ibunya memiliki gangguan skizofrenia, maka dapat menimbulkan gangguan tersebut pada anak. Bahkan pada anak, risikonya dapat meningkat 5 sampai 20 kali lebih besar. Sedangkan faktor lingkungan yaitu ketika ibu terkena infeksi di fase kehamilan atau mengalami komplikasi saat melahirkan.

Selain itu pola asuh neglectful yaitu di mana orang tua tidak pernah terlibat dalam perkembangan hidup anak karena terlalu sibuk bekerja, juga dapat membuat anak mengalami gangguan skizofrenia.

Secara umum, gangguan skizofrenia dapat dikenali berdasarkan 4 ciri gejala utama, yaitu asosiasi (hubungan antara pikiran-pikiran menjadi terganggu atau biasa disebut dengan gangguan pikiran dan asosiasi longgar), afek (respon emosional menjadi datar atau tidak sesuai), ambivalensi (memiliki perasaan benci sekaligus cinta), dan autisme (penarikan diri ke dunia fantasi pribadi yang tidak terikat oleh prinsip-prinsip logika).

Namun gejala yang dialami orang dewasa tidak sama dengan anak-anak, hal ini dikarenakan otak anak masih akan terus berkembang sesuai masa pertumbuhannya. Gejala pada setiap anak pun berbeda-beda.

Perubahan perilaku anak dengan gangguan skizofrenia dapat terjadi secara perlahan atau seiring waktu, maupun secara tiba-tiba. Karena itu para orang tua sepatutnya mengawasi jika ada perubahan perilaku pada diri anak. Misalnya anak yang dulunya suka bermain dan berinteraksi dengan teman-temannya, tiba-tiba berubah menjadi anak yang pemalu dan lebih suka berbicara dengan dirinya sendiri di depan cermin.

Sedangkan ciri skizofrenia yang paling mengganggu dan membingungkan, yaitu timbulnya gejala psikotik secara tiba-tiba. Karena itu para orang tua harus berusaha untuk terlibat secara langsung dalam mengontrol dan mengurangi dorongan rasa marah pada anaknya dengan anger management. (*/vi/red)

Tags: ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.