Lintas Agama Rayakan Cap Go Meh di Tambakbayan

Yovie Wicaksono - 13 February 2017
Sembahyang Cap Go Meh di Kampung Pecinan Tambakbayan Surabayan (foto : Istimewa)

SR, Surabaya – Ratusan orang memenuhi sebuah rumah di kawasan Tambakbayan, Surabaya, Minggu (12/2/2017) sore. Mereka datang dari berbagai tempat di Surabaya dan sekitarnya, dan berasal dari berbagai etnis serta agama, untuk merayakan Cap Go Meh di kampung yang 80 persen penduduknya merupakan keturunan Tionghoa dari ekonomi bawah.

Perayaan Cap Go Meh di kampung pecinan ini dibuka dengan sembahyang Cap Go Meh, dan dimeriahkan atraksi barongsai, pembacaan puisi dan pembagian santunan. Tidak lupa peserta menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Padamu Negeri.

“Kami memilih Tambakbayan karena disitu masih ada praktek diskriminasi terhadap etnis Tionghoa,” kata Yuska Harimurti, selaku panitia acara.

Di kawasan pecinan Tambakbayan tidak semua warganya memiliki identitas diri atau stateless karena berbagai faktor, salah satunya stigma atas Tionghoa saat Orde Baru berkuasa. Hal ini berimplikasi terhadap pemenuhan hak-hak dasar mereka, meski dalam sejarah Indonesia kontribusi kelompok Tionghoa tidak dapat diabaikan begitu saja.

“Jauh sebelum republik ini berdiri hingga proklamasi, mereka terlibat dalam setiap perjuangan,” ujar Aan Anshori, Presidium Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD) Jawa Timur, saat berbicara dalam sesi diskusi.

Meskipun keberadaan Tionghoa sudah lama dan membaur, namun stigma dan kebencian terhadap mereka masih terawat hingga sekarang. Riset Wahid Institute 2016 menyebutkan bahwa hampir 60 persen muslim mengaku punya kelompok yang dibenci, setidaknya dengan tiga ciri; Tionghoa, non-muslim dan komunis.

“Hasil riset ini patut direfleksikan serius dalam kerangka menjaga kemajemukan Indonesia,” singkatnya.

Sementara itu Pendeta Simon Filantropa dari GKI, mengajak semua pihak tidak takut berbuat baik, termasuk dengan terus menyebarkan gagasan mengenai keberagaman.

“Ingat ya, diam ketika ada penindasan bisa dianggap mengamini penindasan tersebut,” ujar Simon yang juga merupakan anggota FKUB Jawa Timur.

Selain warga Tambakbayan, acara Cap Go Meh juga didukung oleh puluhan organisasi, seperti Roemah Bhinneka, WKRI, PMKRI, GMKI, JIAD, Jenggolo Manik, JAI, Jaringan GUSDURIan, Gema INTI, BEC, Pemuda Katolik dan Formagam.(ptr/red)

 

Tags: , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.