Profesor ITS Kembangkan Strategi Percepatan Pengelolaan Limbah Permukiman di Indonesia

Yovie Wicaksono - 19 May 2023

SR, Surabaya – Saat ini pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia masih jauh dari kata layak. Hal inilah yang mendorong salah satu profesor di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Eddy Setiadi Soedjono dalam mengembangkan strategi untuk mengoptimalkan pengelolaan limbah permukiman di Indonesia.

Guru besar dari Departemen Teknik Lingkungan ITS tersebut mengatakan, idealnya air limbah rumah tangga dialirkan menuju instalasi pengolahan air limbah melalui sebuah sistem perpipaan terpusat yang disebut SPALD-T. Adapun tangki septik (septic tank) yang berada di tiap-tiap rumah akan dikuras setiap tiga tahun sekali dan lumpurnya disalurkan ke instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT).

Namun kenyataannya, berbagai institusi penting hingga permukiman penduduk di Indonesia masih saja membuang limbahnya ke tangki septik. Hal ini disebabkan belum tersedianya sistem air limbah perpipaan secara luas, bahkan hanya 1 persen penduduk yang merasakannya. 

“Ini yang membuat saya terpikir, bagaimana agar ke depannya ada percepatan dalam pengelolaan air limbah permukiman,” ungkap profesor yang akrab disapa Edot tersebut.

Melalui orasi ilmiah saat pengukuhannya sebagai Profesor ke-154 ITS, ia menyampaikan inovasi yang digagasnya. Salah satunya adalah dalam pengembangan teknologi untuk menurunkan kadar amonia pada air limbah komunal. Ia melakukan riset terhadap Anaerobic Amimonium Oxidation (Annamox), sebuah proses penyisihan nitrogen secara biologis yang dapat meningkatkan kualitas air limbah.

Sosok kelahiran Bandung, 8 Maret 1960 ini pun turut mendukung program pemerintah berupa Pengembangan Implementasi Jamban Sehat. Ia dan timnya memberdayakan masyarakat, terutama golongan miskin, melalui sosialisasi, pendanaan, dan penerapan teknologi pembuatan jamban sehat. 

“Hal ini bertujuan agar masyarakat memiliki kesadaran untuk memiliki jamban sehat mandiri dan tidak lagi menggunakan jamban komunal,” terangnya.

Melalui program yang juga diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 ini, perlahan tapi pasti mulai banyak desa-desa di Indonesia yang mendeklarasikan sebagai desa yang terbebas dari buang air besar sembarangan atau Open Defecation Free (ODF). Di Jawa Timur sendiri, setidaknya sebanyak 23 kabupaten dan kota telah mendeklarasikan wilayahnya sebagai kabupaten atau kota ODF.

Guru besar dengan tiga anak ini mengungkapkan, percepatan pengelolaan air limbah permukiman pun dapat dilakukan melalui pemanfaatan mikroba yang bisa membantu mengurangi volume lumpur di dalam tangki septik. Selain itu, daur ulang fosfor yang terdapat pada air limbah domestik merupakan hal yang juga potensial dilakukan, mengingat kandungan fosfornya yang cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan untuk industri pangan. 

Hingga saat ini, alumnus doktoral University of Birmingham, United Kingdom ini masih terus mengembangkan risetnya terkait pengelolaan air limbah, seperti dalam hal pengolahan air minum dari air limbah permukiman di Indonesia. 

“Pada akhirnya, untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2030 tentu membutuhkan harmonisasi, integrasi, serta komitmen dari berbagai pihak,” pungkasnya. (*/red)

Tags: , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.