DPRD Jawa Timur Minta Pemprov Terus Awasi Peredaran Cabai Impor

Yovie Wicaksono - 24 February 2017
Ilustrasi, Gubernur Jawa Timur saat sidak harga sembako, termasuk cabai di salah satu pasar di Surabaya(foto : Superradio/Srilambang)

SR, Surabaya – Peredaran cabai impor dari China dan India, seperti yang ditemukan di daerah Blitar, Tulungagung dan Sidoarjo, menjadi perhatian DPRD Provinsi Jawa Timur ditengah mahalnya harga cabai di pasaran. Impor cabai secara prisip sudah ada konstruksi yang jelas dari pemerintah pusat dan provinsi, sebagai langkah cepat mengatasi kebutuhan cabai yang meningkat namun stoknya minim.

Anggota Komisi C DPRD Provinsi Jawa Timur, Sri Untari Bisowarno mengatakan, pemerintah provinsi harus melakukan langkah antisipasi menyikapi hal itu, seperti memastikan pemenuhan kebutuhan jangka pendek.

“Impor adalah kebutuhan jangka pendek untuk mengatasi naiknya harga, karena produksi cabai yang menuru,” kata Sri Untari.

DPRD Provinsi Jawa Timur kata Sri Untari, siap menyetujui impor komoditas cabai, karena alasan kepentingan masyarakat, termasuk dukungan mengenai subsidi untuk menkan harga.

“Kami di dewan siap menyetujuinya selama itu buat kepentingan rakyat,” ujar Sri Untari.

Namun untuk jangka panjang Sri Untari meminta adanya sinergi konkrit antara Dinas Pertanian dengan BMKG, dalam menentukan masa tanam dan masa panen cabai, mengingat kondisi iklim yang berubah-ubah saat ini.

“Kondisi iklim dan cuaca seperti sekarang harus dicermati dan ditelaah bersama,” lanjut legislator yang juga Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Timur.

Sementara itu Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf akan memastikan pengadaan impor cabai sudah sesuai dengan ketentuan, apakah untuk industri atau untuk masyarakat umum.

“Artinya cabai impor tersebut apakah diperuntukkan untuk industri atau masyarakat umum. Kalau untuk industri, jelas itu pelanggaran,” kata Saifullah Yusuf.

Saifullah Yusuf sebelumnya juga telah bertemu Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Surabaya, untuk mengecek kandungan yang ada pada cabai bebas dari bahan berbahaya atau yang tidak layak dikonsumsi.

“Harus segera dicek oleh BPOM, agar masyarakat mendapat kepastian mengenai kelayakannya,” ujar Saifullah Yusuf, Jumat (24/2/2017).

Produksi cabai di Jawa Timur diakui Saifullah Yusuf mengalami penurunan dan tidak sesuai target. Hal ini tidak lepas dari faktor cuaca ekstrem yang mengakibatkan hujan dengan curah hujan tinggi.

“Harapan kita untuk bulan-bulan ini mampu produksi 25 ribu ton, tetapi yang terpenuhi hanya 65 persen dari target. Ini karena faktor anomali cuaca yang tidak menentu”, tandasnya.(wg/red)

Tags: , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.