Memanfaatkan Limbah Plastik untuk Campuran Aspal Jalan

SR, Surabaya – Limbah plastik saat ini telah menjadi ancaman serius bagi kehidupan manusia, yang harus menjadi perhatian serius semua pihak untuk dicarikan solusinya.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menghadirkan sejumlah pakar dan pihak pemerintah, untuk mendiskusikan upaya pengurangan sampah melalui inovasi dan pemanfaatakan limbah plastik untuk material pembuat jalan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah melakukan inovasi dengan memanfaatkan limbah plastik untuk campuran pada aspal jalan, yang telah diuji coba pada jalan di Bali.
Kepala Balai Perkerasan Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Nyoman Suaryana mengatakan, selain Bali, pembuatan jalan memanfaatkan material limbah plastik juga dibuat di Cilincing, serta dalam waktu dekat di wilayah Pasuruan dan Makasar.
Pemanfaatan sampah plastik akan mengurangi volume sampah yang dihasilkan masyarakat, yang tidak dapat hancur secara alami, atau membutuhkan ratusan tahun hancur untuk hancur sendiri.
“Kalau misalkan jalannya satu kilometer, dengan lebar tujuh meter, kemudian kalau tebal kurang lebih empat centimeter, itu bisa menyerap kurang lebih bisa dua ton sampai empat ton limbah plastik,” ujar Nyoman.
Dalam uji coba di Bali, Nyoman Suaryana memastikan kondisi jalan beraspal yang dicampur dengan bahan dari limbah plastik tidak kalah kuat dibandingkan dengan jalan yang menggunakan aspal murni. Selama ini, bahan plastik khusus sudah sejak lama dipakai sebagai campuran aspal jalan, sehingga pemakaian plastik dari sampah rumah tangga sangat mungkin dilakukan.
“Dari sisi kekakuan lebih bagus, jadi memang sebenarnya untuk memperbaiki kekuatan aspal sudah biasa pakai polimer, tapi polimer yang terkontrol, misalkan produk khusus memang untuk aspal polimer,” kata Nyoman.
Sebagai material yang juga mengandung polimer, kantong kresek atau plastik memiliki sifat yang tidak homogeny, terlihat dari aneka warna dari plastik, seperti merah, putih, dan hitam.
“Jadi secara prinsip sebenarnya dia memperbaiki, tapi kita harus hati-hati karena ketidak homogenannya tadi, sehingga kita harus batasi pemakaiannya,” lanjutnya.
Selain berharap segera ada aturan yang mengatur, Nyoman mengatakan bahwa perlu keterlibatan industri untuk mendukung upaya ini. Industri diminta memikirkan dan membuat alat-alat penunjang untuk pengolahan sampah plastik, seperti pencacah kantong plastik atau kresek.
“Industrinya harus diperbaiki dulu. Sekarang itu kan bank-bank sampah atau pengelolaan sampah masyarakat belum punya alat pencacahnya untuk tas kresek ini, kalau untuk botol (plastik) sudah ada, tapi untuk tas kresek belum punya yang kecil-kecil itu. Nah mungkin kita harus siapkan dulu itu, sehingga nanti harapannya kalau sudah banyak di masyarakat, nanti harganya (sampah plastik) bisa naik,” ujar Nyoman.
Sementara itu, peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Sigit Tri Wicaksono mengatakan, sampah plastik juga dapat dimanfaatkan untuk material konstruksi. Dalam uji coba yang telah dilakukan, limbah plastik dapat dipakai untuk membuat paving, dinding, atap, dan aspal.
“Rencana kami, target akhirnya bisa membuat prototype rumah, rumah beneran, seluruhnya dari limbah plastik. Mulai dari lantai, dinding, atap, terus konektor-konektornya, pintu itu, engsel-engsel, semua dari plastik,” kata Sigit.
Pengurangan sampah plastik juga dapat dilakukan dengan mengurangi pemakaian plastik pada kemasan produk. Menurut peneliti ITS, Freddy Kurniawan, plastik kemasan produk makanan dapat diganti dengan bioplastik, yang dibuat dari bahan alam.
“Dari bahan alam, bahan alam macam-macam, misalnya kemasan yang kita pakai ini dari Porang, tapi bisa juga dari Jagung, dari Singkong, dari macam-macam bahan alam yang kita punya itu bisa. Kalau yang porang ini untuk kapsul dan kemasan permen bisa, kemasan lain kita belum coba untuk aplikasinya. Tapi sebenarnya bahannya sama, tinggal modifikasi fillernya,” tandas Freddy.(ptr/red)
Tags: aspal jalan, bahan material bangunan, limbah plastik, sampah
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.