Sejarah dan Filosofi Ketupat sebagai Hidangan Khas Lebaran

Yovie Wicaksono - 27 April 2023
Ilustrasi.

SR, Surabaya – Ketupat adalah hidangan yang menggunakan bahan utama beras dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa muda atau biasa disebut janur.  Ketupat sebagai simbol yang identik dengan hari raya Idulfitri itu memiliki filosofi dari berbagai elemen di dalamnya.

Sejarah ketupat sebagai hidangan khas Lebaran dimulai pada masa penyebaran agama Islam zaman Hindu-Budha di pulau Jawa. Ketupat menjadi salah satu simbol untuk perayaan hari raya Idulfitri umat Islam sejak pemerintahan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah. 

Pada tahun 1600-an, di mana Islam mulai menyebar di Jawa, ketupat diperkenalkan dengan filosofi bermakna. Sosok yang memperkenalkan ketupat sebagai makanan dengan filosofi khas lebaran adalah Raden Mas Sahid atau yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga.  Selain itu, Sunan Kalijaga juga membudayakan dua kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupat.

Bakda kupat dimulai seminggu sesudah lebaran. Pada hari itu, di tanah Jawa hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda. Selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak.  Setelah itu, ketupat diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.

Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Ngaku lepat diimplementasikan dalam bentuk sungkeman di hadapan orang tua. Prosesi sungkeman dilakukan dengan cara bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun. Ngaku lepat juga diartikan saling mengakui dan memaafkan kesalahan satu sama lain.

Sementara itu, laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan lebaran. Empat tindakan tersebut adalah lebar, luber, lebur, dan labur. Lebar artinya seseorang akan bisa terlepas dari kemaksiatan. Lebur diartikan lebur dari dosa. Luber artinya luber dari pahala, keberkahan, dan rahmat Allah SWT, sementara labur berarti bersih.

Berikut filosofi ketupat dari berbagai elemen di dalamnya:

1. Janur

Janur atau daun kelapa muda menjadi pembungkus dari ketupat. Janur menurut filosofi Jawa merupakan kepanjangan dari sejatine nur, artinya manusia berada dalam kondisi suci setelah berpuasa Ramadan. Selain itu, dalam budaya Jawa, janur juga dipercaya sebagai penolak bala.

2. Bentuk Ketupat

Bentuk segi empat pada ketupat melambangkan keempat nafsu dunia yaitu, amarah, rasa lapar, rasa ingin memiliki sesuatu yang indah, dan rasa ingin memaksakan diri. Artinya, orang yang memakan ketupat diibaratkan telah mampu mengendalikan keempat nafsu tersebut selama berpuasa. Selain itu, bentuk segi empat dari ketupat memiliki makna kiblat papat lima pancer, yang berarti empat arah mata angin dan satu pusat yaitu arah jalan hidup manusia dimana pusatnya adalah Allah SWT.

3. Anyaman Ketupat

Anyaman ketupat memiliki detail yang rumit, artinya hidup manusia juga penuh dengan liku-liku dan pasti ada kesalahan di dalamnya. Anyaman pada ketupat diharapkan memberikan penguatan satu sama lain antara jasmani dan rohani.

4. Isi Ketupat

Butiran beras yang dibungkus dalam janur merupakan simbol kebersamaan dan kemakmuran. Ketika ketupat dibelah, warna isi ketupat yang putih tersebut melambangkan kebersihan setelah bermaaf-maafan.

5. Hidangan Pendamping

Ketupat biasanya disantap bersama hidangan pendamping berbahan santan seperti opor, rendang, atau gulai. Santan atau santen memiliki filosofi Jawa yaitu pangapunten atau memohon maaf. Dengan begitu, ketupat memiliki filosofi mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan. (*/vi/red)

Tags: , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.