Teknologi AI Karya Mahasiswa ITS untuk Penyandang Tunanetra

Rudy Hartono - 13 September 2024
Para siswa SMPLB-A YPAB Surabaya saat mencoba fitur mobile yang ditawarkan Neutrack AI Glove, karya tim Abmas ITS. (sumber:rri)

SR, Surabaya – Sebagai upaya mendukung pendidikan inklusif dan memberdayakan penyandang tunanetra, Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas), mengenalkan teknologi alat bantu mobilitas berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Pengenalan teknologi AI ini dilaksanakan di SMP Luar Biasa – A (SMPLB-A) Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) Surabaya, mengajak para siswa dan guru untuk memahami dan memanfaatkan inovasi teknologi, serta meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup siswa tunanetra.

Dini Adni Navastara SKom MSc, yang memimpin kegiatan Abmas ini merupakan hasil pengembangan dari produk yang sudah ada sebelumnya. “Kami ingin mengenalkan teknologi yang lebih inklusif dan bisa diakses langsung oleh mereka (penyandang tunanetra) yang membutuhkan,” ujar dosen Departemen Teknik Informatika ITS, Kamis (12/9/2024).

Para siswa dan guru di SMPLB-A YPAB Surabaya dikenalkan dan dilatih untuk menggunakan alat bantu bernama Neutrack AI Glove, sebuah sarung tangan pintar yang dirancang untuk membantu tunanetra dalam bernavigasi dan mengenali benda-benda di sekitarnya.

Tidak hanya berdiskusi untuk mendapatkan umpan balik dari pengguna, namun juga diperagakan demonstrasi cara kerja alat, uji coba penggunaan di lapangan. Beberapa guru menyampaikan bahwa alat ini lebih modern dan praktis dibandingkan alat bantu yang ada sebelumnya, seperti tongkat atau topi.

“Produk sarung tangan ini lebih simple dan cocok untuk siswa-siswa kami. Setelah uji coba, terlihat bahwa siswa lebih leluasa menggunakan alat ini,” ucap Drs Eko Purwanto, Kepala SMPLB-A YPAB.

Para siswa bisa merasakan langsung teknologi AI yang sering hanya dikenal dalam konteks teori atau melalui media. Siswa tidak hanya dapat mengenali teknologi ini, namun bisa mengidentifikasi manfaat dan kendala yang mungkin muncul dalam penggunaannya sehari-hari.

“Kami sangat senang bisa mencoba teknologi ini lebih jauh dan berharap siswa kami bisa lebih mandiri,” ujar Tutus Setiawan, seorang guru pendamping. (*/rri/red)

Tags: , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.