Ratusan Warga Antusias Laksanakan  Tradisi Udik-Udik di Makam Sawunggaling

Rudy Hartono - 3 November 2025
​Uang koin dan aneka bunga didalam cawan kuningan akan ditebarkan kepada warga merupakan tradisi “udik udik” di lingkungan makam Sawunggaling, Kelurahan Lidah Wetan, Surabaya. (foto : vico wildan/superradio.id)

SR, ​Surabaya – Suasana di kawasan makam Sawunggaling, Lidah Wetan, Surabaya, terlihat berbeda pada Sabtu (1/11/2025). Ratusan warga dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa, berkumpul dengan penuh antusias untuk mengikuti prosesi tradisi “udik-udik” atau ngalap berkah.

Tradisi udik-udik, panitia siap menebarkan uang koin dan aneka bunga dihadapan warga Kelurahan Lidah Wetan, Sabtu (1/11/2025). (foto : vico wildan/superradio.id)

​Mereka berkumpul menantikan momen puncak, yakni penebaran uang koin yang telah dicampur dengan aneka bunga dan ditempatkan dalam sebuah mangkok kuningan.

​Prosesi berlangsung khidmat namun meriah. Setelah didoakan secara khusus, campuran uang koin dan kembang itu kemudian ditebarkan  ke arah kerumunan warga yang hadir. Tanpa komando, warga yang telah menunggu langsung berebut untuk mendapatkan koin dan kembang tersebut, yang diyakini membawa berkah.

Warga  berebut mendapatkan koin dan bunga dalam tradisi udik-udik di lingkungan makam Sawunggaling, Kelurahan Lidah Wetan, Surabaya, Sabtu (1/11/2025). (foto : vico wildan/superradio.id)

Salah satu tokoh masyarakat yang juga juru kunci makam Sawunggaling, Setia Budi menjelaskan makna di balik tradisi ini. Koin melambangkan kemakmuran materi, sementara kembang (bunga) melambangkan keharuman nama, doa, dan berkah spiritual. “Udik-udik ini wujud penghormatan dan untuk mengenang jasa para leluhur, khususnya Sawunggaling,” kata Budi kepada Super Radio.

Seni tari remo dan aneka tari lainnya sebagai acara hiburan sebelum laksanakan  tradisi udik-udik di lingkungan makam Sawunggaling, Kelurahan Lidah Wetan, Surabaya, Sabtu (1/11/2025). (foto : vico wildan/superradio.id)

Antusiasme tidak hanya datang dari warga lokal Lidah Wetan. Seorang pria paruh baya datang jauh-jauh dari Benowo demi mengikuti prosesi ini. Ia mengaku sengaja hadir untuk “ngalap berkah” atau mencari berkah dari tokoh yang dihormatinya. ​”Saya sengaja hadir untuk ngalap Sawunggaling. Saya di sini masih belajar, dan mudah-mudahan ilmunya barokah,” aku pria. (js/red)

Tags: , , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.