Perangko Baru Indonesia – Takhta Suci, Diluncurkan

Rudy Hartono - 16 November 2025
Specimen perangko bergambarkan Lambang Takhta Suci dan Kota Vatikan (kiri) serta Lambang Negara Republik Indonesia, Garuda Pancasila. (foto: kbri/takhta suci/abishai)

SR, Vatikan City – Di Museum Vatikan, Secretary for Relations with States and International Organizations (Menlu)  Mgr Paul Richard Gallagher dan Secretary General of the Governorate of Vatican City State Mgr Emilio Nappa, bersama Dubes RI untuk Takhta Suci Michael Trias Kuncahyono, Jumat (14/11/2025) meluncurkan perangko baru.

Mgr Emilio Nappa, Mgr Gallagher, Dubes Trias menunjukkan perangko yang sudah dicap pertama (foto: kbri/takhta suci/abishai)

Perangko baru ini menjadi penanda ulang tahun ke-75 Hubungan Diplomatik Indonesia dan Takhta Suci.

Hadir dalam acara tersebut sejumlah duta besar, antara lain dari Malaysia, Belanda, Rusia, Angola, Zimbabwe, Irlandia, Ghana, Maroko, Serbia, dan ada juga Charge d’Affaires Haiti, Panama, serta para romo dan suster dari Indonesia. Hadir juga  sejumlah pejabat Vatikan, juga Museum Vatikan, dan Ketua serta anggota Denwas TVRI yang sedang di Roma.

Dua Lambang Negara

Perangko yang didesain oleh Patrizio Daniele bergambarkan Lambang Takhta Suci dan Kota Vatikan (kiri) serta Lambang Negara Republik Indonesia, Garuda Pancasila (kanan).

Lambang Takhta Suci dan Vatikan berupa gambar dua kunci bersilang  yang melambangkan kekuasaan spiritual Paus dan mahkota tiara tiga tingkat yang mewakili tiga kekuasaan kepausan (Imam Agung, Gembala Agung, dan Guru Agung), serta salib emas di puncak tiara yang menyimbolkan Yesus Kristus.

Di antara kedua lambang itu ada gambar seekor burung merpati yang mengepakkan sayapnya (sebagai lambang perdamaian), dan di bawah merpati ditulis tahun 1950 – 2025 (usia hubungan diplomatik kedua negara, 75 tahun).

Kedua lambang negara itu dihubungkan oleh pita merah putih (warna bendera Indonesia) dan kuning putih (warna bendera Vatikan). Menurut Dubes Trias Kuncahyono, desain dan gambar perangko baru ini menggambarkan misi dan visi bersama kedua negara, mengenai keilahian, kemanusiaan, makna persatuan dalam keberagaman, dan keadilan sosial.

Di bagian atas ada tulisan “CITTA DEL VATICANO” (Negara Kota Vatikan). Dan, di bawahnya ada tulisan “75 Relazioni Diplomatiche Santa Sede – Indonesia” (75 tahun Hubungan Diplomatik Takhta Suci – Indonesia). Perangko baru itu bernilai 3,35 Euro.

Mitra Seperjuangan

Dalam pidato sambutannya Menlu Gallagher menguraikan latar belakang Takhta Suci mengakui kemerdekaan Indonesia. Antara lain, Takhta Suci mendukung  hak suatu bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri (self-determination) sesuai dengan hukum internasional yang berlaku, untuk hidup, dan melanjutkan membangun kehidupan sebagai manusia yang bermartabat.

Mgr Gallagher juga menjelaskan tujuan diplomasi Takhta Suci bukan untuk kepentingan ekonomi, militeristik, dan keamanan. Tetapi,  fokus pada upaya mendorong terciptanya perdamaian, hak-hak asasi manusia, dan kebebasan beragama melalui dialog, serta menjunjung tinggi kemanusiaan.

Kata Gallagher, diplomasi Vatikan berakar pada sejarah dan puluhan tahun upaya membangun jembatan, dialog, kerendahan hati, dan kesabaran untuk mengatasi tantangan yang tampaknya tak teratasi. Diplomasi belas kasih ini memprioritaskan tindakan nyata demi kebaikan bersama.

Diplomasi Takhta Suci, lanjutnya, berfokus pada penerjemahan harapan menjadi “tindakan diplomatik” dan tentang pentingnya “menjadi tetangga” untuk melayani kebaikan bersama. Karena itu, Mgr Gallagher merasa bangga meskipun di Indonesia umat Kristiani sedikit tetapi bergerak aktif di bidang pendidikan dan kesehatan, serta kesejahteraan sosial.

Indonesia, kata Mgr Gallagher, bisa menjadi mitra dalam mewujudkan tujuan bersama– perdamaian, kerukunan, keadilan sosial, antara lain. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila selaras dengan nilai-nilai yang diperjuangkan Takhta Suci: kemanusiaan, keadilan sosial, hak-hak asasi manusia, persatuan, saling menghormati dan toleransi.

Ketika berbicara tentang Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Mgr Gallagher mengacu pada apa yang dikatakan Paus Fransiskus saat berkunjung ke Indonesia, 2024. Ketika itu, Paus mengatakan, “… kerukunan dalam keberagaman menuntut setiap orang untuk merangkul semangat persaudaraan dalam mengupayakan kebaikan bersama.”

“Keseimbangan yang bijaksana dan peka ini, antara keragaman budaya dan visi ideologis yang berbeda, serta cita-cita yang mempererat persatuan, harus terus dipertahankan dari ketidakseimbangan,” kata Paus Fransiskus ketika itu.

Karya seni seperti itu, tambahnya, melibatkan seluruh rakyat Indonesia dan mengajak mereka untuk berjuang menuju kerukunan, kesetaraan, penghormatan terhadap hak asasi manusia, pembangunan berkelanjutan, dan upaya perdamaian.

Penanda Sejarah

Sementara Dubes RI untuk Takhta  Suci, Trias Kuncahyono, menyampaikan terima kasih kepada Takhta Suci yang pada tahun 1947, mengakui kemerdekaan Indonesia, dan menjalin hubungan diplomasi. Dubes berterima kasih, Vatikan telah mencetak perangko baru untuk menandai ulang tahun ke-75 hubungan kedua negara. “Hal itu menegaskan eratnya hubungan kedua negara,” katanya.

Kata Dubes Trias, perangko tidak hanya sebagai alat bayar dalam surat menyurat, tetapi juga penanda sejarah. Dalam konteks perangko baru ini adalah sejarah hubungan dua negara yang memiliki misi yang sama menciptakan perdamaian dunia berlandaskan nilai-nilai kemanusian dan keadilan sosial.

Perangko, lanjutnya, juga dapat berfungsi sebagai media visual untuk nilai-nilai keberagaman, kedaulatan, dan identitas nasional. Selain untuk keperluan pos, perangko juga dapat berfungsi sebagai alat diplomatik atau mempromosikan suatu negara di kancah internasional. “Perangko, juga bagian dari identitas, bagian dari second track diplomacy,” kata Dubes Trias.

Sementara Sekjen Kegubernuran Vatikan Mgr Emilio Nappa yang mengagumi dan memuji Pancasila dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya, mengatakan, perangko sebagai hasil budaya yang bernilai tinggi. Katanya, Pancasila, dengan menekankan prinsip-prinsip “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai model bagi kerukunan antarumat beragama dan persatuan bangsa.

Menurut Mgr Nappa  Pancasila selaras dengan nilai-nilai Kristiani seperti persaudaraan dan memandangnya sebagai cara untuk membangun masyarakat yang damai dan adil. (*/red)

 

 

Tags: , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.