Para Dalang Senior Hadiri Penutupan Gagrak Porongan 2025 di 12 Titik
SR, Sidoarjo – Pagelaran wayang kulit Gagrak Porongan 2025 di 12 titik berakhir setelah pentas oleh Ki Tejo dan Ki Ken Hatta di Desa Jimbaran Wetan, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Sabtu (15/11/2025). Rangkaian wayang Gagrak Porongan diawali pada 19 Juli 2025 yang dilaksanakan di 12 kecamatan berbeda di Kabupaten Sidoarjo.
“Hari ini penutupan Gagrak Porongan 2025 di titik yang ke-12. Saya ucapkan terimakasih kepada para dalang yang hadir dan telah membersamai kami dalam program ini. Juga Ibu Kartini (Kepala Bidang Kebudayaan dan Pengembangan Bahasa Sastra Kabupaten Sidoarjo, Kartini SPd MPd-Red) yang sudah memfasilitasi kegiatan kesenian khas Sidoarjo ini dengan sangat baik,” ucap Dr Tirto Adi MPd, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sidoarjo, dalam sambutannya.

Dengan adanya kegiatan ini Dikbud Sidoarjo berharap warga Sidoarjo semakin mencintai seni wayang kulit Gagrak Porogan sebagai warisan budaya khas Sidoarjo. Kepada para dalang, Tirto berpesan agar selalu kompak, guyub dan kerjasama meningkatkan kualitas dan teknik pedalangan, agar seni wayang kulit ini bisa dinikmati generasi milenial dan Gen Z (usia 13-26 tahun).
“ Unesco (organisasi pendidikan kebudayaan dunia) telah menetapkan wayang sebagai warisan budaya dunia karena mengandung nilai-nilai dan tuntutan yang baik. Tugas kami di pemerintahan berusaha uri uri (melestarikan) wayang gagrak ini dalam bentuk program kerja. Tantangannya adalah menjadikan wayang kulit sebagai tontonan anak muda karena itu diperlukan inovasi dan kreasi para dalang dan pegiat seni sidoarjo agar wayang menjadi relevan dengan minat generasi muda,” “Untuk ini saya rasa perlu ada kerjsama lintas seni budaya agar bisa mendapatkan masukan positif,”

Dikatakan wayang Gagrak Porogan 12 titik 2025 sudah dilaksanakan di tahun kedua. Ke depan Dikbud Sidoarjo masih akan tetap mengusulkan Gagrak Porongan ke dalam APBD 2026. Ia berharap anggaran bisa ditambah sehingga keinginan untuk menyelenggarakan wayang kulit di semua kecamatan (18 kecamatan) dapat terselenggara. “Tahun 2025 anggaran Gagrak Porongan masih Rp250 juta. Semoga APBD tahun 2026 anggaran ditambah agar bisa terselenggara di 18 titik,” kata Tirto yang disambut tepuk tangan hadirin.
Hadir dalam penutupan Gagrak Porongan 12 titik di Desa Jimbaran Wetan di antaranya pimpinan Forkompika Wonoayu: Kapolsek, Danramil, dan Kecamatan Wonoayu, kemudian perwakilan Dinas Perpustakaan Sidoaro, serta sejumlah dalang, di antaranya Ki Yohan Susilo dan Ki Rochmat Hadi.
Beasiswa Siswa Bidang Seni Budaya
Apresiasi Dikbud tidak hanya diberikan kepada para dalang Gagrak Porongan atau seniman-seniman senior. Dalam pidatonya malam itu, Tirto mengumumkan Dikbud sidoarjo akan memberikan beasiswa bagi generasi muda yang berprestasi dalam bidang seni dan budaya.

“Agar seni budaya lokal bisa diteruskan dan dilestarikan oleh Gen-Z, Dikbud Sidoarjo akan memberikan beasiswa bagi anak-anak SD, SMP, dan SMA yang berprestasi dan konsisten berkeseniaan dan berkebudayaan,”paparnya.
Kebetulan dalam setiap gelaran wayang kulit Gagrak Porongan, ada penyanyi cilik, Bismo Daru yang selalu menjadi pembuka acara. Bismo pernah menjuarai kontes lagu anak Sidoarjo. Siswa kelas 5 SDN Banjar Bendo Sidoarjo itu biasanya membawakan 2-3 lagu pop setiap pagelaran. “Tolong Bu Kartini, catat Bismo untuk dapat beasiswa tahun 2026,” kata Tirto dari atas panggung mengapresiasi bismo.
Selain Bismo, Dikbud Sidoarjo juga akan memberikan beasiswa kepada siswa-siswa yang baru saja memenangi Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Jawa Timur. FTBI Jatim 6-8 November 2025 itu merupakan kompetisi berbahasa Jawa meliputi nembang, komedi, dongeng, dan tulis aksara Jawa. “Alhamdulillah Sidoarjo menjadi juara umum FTBI, saya minta para juaranya dicatat dan dilaporkan untuk diberi beasiswa,”tandasnya.

Refleksi Diri Cegah Prasangka Buruk
Dalam Gagrak Porongan di titik ke-12 dua dalang, Ki Tejo Sulistiono dan Ki Ken Hatta kolaborasi memainkan lakon “Gatut Koco Wisudo”. Lakon itu mengisahkan drama pengukuhan Gatut Kaca menjadi raja Kerajaan Pringgodani. Pasalnya, timbul gejolak politik yang dimunculkan oleh Ontorejo, kakak Gatut Kaca, yang merasa lebih pantas menjadi raja.
Gatut Kaca dan Ontorejo merupakan anak dari Bima atau Werkudara, tokoh Pandawa. Gatut Kaca terpilih sebagai raja Pringgodani karena berkat kesaktiannya dan kemampuannya menjadi jagonya para dewa, serta mendapat restu orang tuanya, Bima.
“Hasrat Ontorejo ingin jadi raja belakangan diketahui karena hasutan dari Sengkuni yang terus mengobarkan amarah, iri hati, dan nafsu berkuasa,” kata Ki Tejo.

Saat hasutan Sengkuni berhasil mempengaruhi benak dan hasrat Ontorejo, kenekadan Ontorejo melawan kian menjadi ketika digambarkan Ontorejo kerasukan sukma Dasamuka (raksasa jahat). Gejolak politik di Pringgodani itu berhasil diredam dengan hadirnya Sri Kresna (titisan Dewa Wisnu).
“Saat Ontorejo kerasukan kumara (sukma) Dasamuka, maka Sri Kresna mengutus Hanuman untuk mengusir kumara Dasamuka, maka tersadarlah Ontorejo dan ia ikhlas kursi Raja Pringgodani diduduki adiknya Gatutkaca,” papar pimpinan Campur Sari Putra Krido Laras.
Ditanya moral kisah lakon “Gatut Koco Wisudo”, Ki Tejo mengimbau setiap insan untuk tidak mudah berprasangka buruk. Karena prasangka mudah terkena hasutan orang lain yang ingin merusak harmoni. Perlu ada refleksi diri dan kembangkan budaya dialog karena tidak terlarang mempertanyakan kebijakan yang menimbulkan ketidakmengertian. “Moral cerita lakon itu, jangan gegabah bertindak sebelum tahu kenyataannya, dan jangan mudah dihasut,” tutur ayah dari tiga anak itu.

Terkait Gagrak Porongan, Ki Tejo mengapresiasi komitmen Dikbud Sidoarjo yang konsisten melestarikan (uri-uri) kesenian wayang kulit. Putra dari dalang senior Ki Surwedi asal Balong Bendo Sidoarjo itu berharap tahun 2026 pagelaran Gagrak Porongan bisa kembali diprogramkan . “Saya baru ikut program pagelaran 12 titik baru tahun ini. Saya berharap program serupa bisa dilanjutkan agar seni wayang kulit bisa lebih dicintai masyarakat dan memberi ruang bagi dalang-dalang muda tampil,” pungkas Ki Tejo. (ton/red)
Tags: desa jimbaran wetan, dikbud sidoarjo, gagrak porongan, wayang kulit
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.





