Memahami Difabel: Bukan Keterbatasan, Tapi Keberagaman Kemampuan

Rudy Hartono - 9 November 2025
Direktur GadisKU Edy Cahyono (kiri) foto bareng komunitas Love Ministry Center dan pimpinan organisasi disabilitas di Galeri Disabilitas (GadisKU) Jl Jemur Andayani XVIII No. 19 Surabaya, Sabtu (5/7/2025). (foto:anton/superradio.id)

SR, Surabaya — Dalam kehidupan sehari-hari, istilah difabel sering kita dengar, namun tak jarang masih disalahartikan.

Banyak yang menganggap difabel identik dengan kekurangan, padahal sesungguhnya difabel adalah bagian dari keberagaman manusia yang memiliki cara berbeda dalam beraktivitas dan berinteraksi.

Menurut Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI), difabel merupakan istilah pengganti dari kata disabilitas yang lebih menekankan pada kemampuan seseorang, bukan ketidakmampuannya.

Sementara World Health Organization (WHO) mendefinisikan disabilitas sebagai kondisi yang mencakup gangguan fungsi tubuh, keterbatasan aktivitas, dan hambatan partisipasi yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan maupun sosial.

Secara umum, difabel diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, seperti difabel fisik (misalnya pengguna kursi roda), sensorik (seperti tunanetra dan tunarungu), intelektual, dan psikososial.

Masing-masing memiliki kebutuhan dan cara komunikasi yang berbeda, sehingga penting bagi masyarakat untuk memahami dan menghargainya. Lebih dari sekadar pengertian, memahami difabel berarti membangun empati.

Sikap yang pantas bukanlah belas kasihan, melainkan penghargaan dan dukungan agar mereka dapat hidup mandiri dan berdaya. Mulai dari hal sederhana seperti tidak menatap berlebihan, menawarkan bantuan dengan sopan, menggunakan bahasa yang santun, hingga memastikan aksesibilitas di tempat umum—semuanya adalah bentuk nyata inklusi sosial.

Sebagaimana ditegaskan oleh Kemenko PMK dalam program Indonesia Inklusi 2030, masyarakat yang inklusif bukan hanya memberi ruang bagi penyandang disabilitas, tetapi juga memastikan bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan berkembang.

Dengan memahami arti dasar difabel, kita diajak melihat bahwa perbedaan bukanlah batas, melainkan kekayaan yang menjadikan masyarakat lebih manusiawi. (*/dv/red)

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.