Tingginya Stigma Terhadap Kusta Sulitkan Nakes Temukan Kasus Baru

Yovie Wicaksono - 26 May 2023
Ilustrasi. Foto : (Liputan6)

SR, Surabaya – Sub Koordinator Pengendalian Penyakit Menular dan Wasor Kusta Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan Ernawati mengatakan, masih tingginya stigma terhadap penderita kusta menyebabkan tenaga kesehatan (nakes) kesulitan dalam menemukan kasus kusta lebih dini.

“Stigma inilah yang menyulitkan kita dalam penemuan kasus lebih dini,” kata Ernawati dalam webinar bertajuk “Aksi Nyata Mahasiswa untuk Kusta”, di Jakarta, Kamis (25/5/2023).

Padahal, penularan kusta di Indonesia masih banyak dan cacat tingkat dua akibat keterlambatan pengobatan penyakit ini yang masih tinggi.

Pihaknya mengatakan, stigma ini bukan hanya dari masyarakat sekitar, melainkan juga keluarga, bahkan penderita kusta itu sendiri.

“Kalau seseorang menderita kusta, dia tidak mau keluarganya tahu kalau dia penderita kusta, mungkin karena takut diceraikan, takut dikucilkan,” katanya.

Selain itu, stigma dari keluarga juga menyulitkan pemberian obat kepada penderita kusta. “Yang seharusnya diobati, ini tidak diobati. Padahal jika tidak diobati, ini menjadi sumber penularan, minimal di keluarganya,” kata Ernawati.

Ernawati berujar kasus baru di Indonesia saat ini mencapai 12.416 kasus. Dan jumlah kasus baru kusta Multi Basiler mencapai 11.146 kasus.

Kasus baru pada perempuan sejumlah 4.506 kasus. Proporsi kasus anak di antara kasus baru yakni 9,89 persen.

“Target yang diberikan semestinya di bawah 5 persen, artinya transmisi penularan kusta di Indonesia masih sangat tinggi,” ujarnya.

Sementara proporsi disabilitas tingkat 2 di antara kasus baru mencapai 6,37 persen. “Proporsi cacat tingkat 2 di antara kasus baru 6,37 persen, sementara target-nya harus di bawah 5 persen, artinya tingkat keterlambatan dalam penemuan kasus kusta masih tinggi,” kata Ernawati. (*/vi/red)

Tags: , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.