Pagelaran Wayang Kulit Inklusi Meriahkan HDI di Surabaya

Yovie Wicaksono - 10 December 2023

SR, Surabaya – Komunitas Mata Hati (KMH) bersama RRI (Radio Republik Indonesia) menggelar Pagelaran Wayang Inklusi Rama Tambak, di Auditorium Radio Republik Indonesia (RRI), Surabaya, Sabtu (10/12/2023) malam.

Dengan mengusung tema “Membangun Jembatan Kesetaraan” acara tersebut digelar dalam rangka Memperingati Hari Disabilitas Internasional.

Ketua pelaksana acara, Prana Carenza mengatakan, pagelaran wayang inklusi ini merupakan rangkaian kegiatan kolaborasi disabilitas dengan non disabilitas serta jaringan relawan dan manajemen pementasan.

“Jadi acara ini gabungan dari berbagai komunitas untuk menceritakan kisah pewayangan Rama Tambak dari karya disabilitas KMH, terdapat tiga tokoh utama yaitu Rama, Shinta dan Rahwana. Dimana Shinta digambarkan sebagai sebuah kesetaraan, dan tokoh Rama menggambarkan sang pejuang kesetaraan, melawan berbagai rintangan yang dilakukan oleh Rahwana,” kata Prana.

Ia juga mengungkapkan, lewat cerita atau kisah Rama Tambak di pagelaran wayang inklusi itu diharapkan sudah tidak ada kesenjangan lagi dan terjadi kesetaraan terhadap penyandang disabilitas di lingkungan masyarakat, dimana disabilitas mempunyai hak yang sama seperti bakat yang dimiliki dan berkolaborasi dengan masyarakat umum.

“Ayo kita saling bergandengan tangan dan berkolaborasi bersama-sama untuk membangun negeri ini,” ungkapnya.

Ia menambahkan, Pagelaran Wayang Inklusi Rama Tambak ini, terbagi dalam empat babak atau segmen. Penampilan utama pagelaran wayang orang inklusi ini, para pemainnya yang dari seniman disabilitas yaitu pemeran tokoh Naradha, Prabu Dasamuka, Hanoman Putih, Rahwana, dan Yuyu Rumpung yang ditugasi Rahwana untuk menghancurkan jembatan kesetaraan yang dibangun Rama, dan pemeran pendukung lainnya kerajaan Alengka.

“Sedangkan tokoh Rama yang terus berjuang membangun jembatan kesetaraan dengan tujuan untuk menyeberang ke kerajaan Astina, agar dapat bertemu kekasihnya bernama Shinta sebagai wujud kesetaraan dan kebahagiaan yang pada akhirnya tercapai, dimana kedua tokoh ini diperankan oleh seniman non disabilitas, dan sejumlah pemeran pendukung lainnya,” imbuh Prana.

Sementara itu, penonton wayang inklusi, Wiwik (45) mengatakan, pagelaran tersebut sangat menarik untuk ditonton bersama keluarga.

“Pagelaran wayang inklusi ini memiliki pesan-pesan moral tentang kemandirian disabilitas, pemberdayaan perempuan dan anak, serta sedikit adegan parodi, yang membuat para tamu undangan dengan tawa lepas dan sangat menghibur,” pungkasnya. (ag/red)

Tags: , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.