Kebhinnekaan ala SMA Katolik St. Hendrikus Surabaya

SR, Surabaya – Puluhan pelajar SMA Katolik St. Hendrikus Surabaya, belajar secara langsung mengenai nilai-nilai kebhinnekaan dengan cara mendatangi dan berdialog bersama pemimpin agama lintas iman ke beberapa tempat ibadah di Surabaya, pada Selasa (16/4/2019).
Sebanyak 64 pelajar kelas 11 IPS SMA Katolik St. Hendrikus berkunjung ke Pondok Pesantren Darus Sa’adah, di Nginden Jangkungan, Surabaya, kemudian Klenteng Boen Bio dan Pura Segara, Surabaya.
Guru sosiologi SMA Katolik St. Hendrikus sekaligus salah satu inisiator studi lapangan (field trip) lintas iman, Michael Andrew mengatakan, kegiatan ini merupakan wujud nyata dari motto SMA Katolik St. Hendrikus yaitu kepedulian.
“Kami ingin mewujud nyatakan kepedulian itu tidak hanya dengan teori tapi juga praktik dengan cara membangun dialog lintas iman agar terciptanya Indonesia yang harmoni,” ujar Michael.
Michael berharap dialog lintas iman ini menjadi salah satu kebiasaan pelajar SMA Katolik St. Hendrikus, agar tidak canggung dan alergi terhadap perbedaan.
“Kami ingin ini menjadi kebiasaan anak-anak untuk berdialog dan bertanya kepada sumber primernya dalam lintas iman agar mereka tidak canggung saat berhadapan dengan agama lain. Kami juga mengajak generasi muda sekarang untuk tidak alergi terhadap perbedaan, justru kita harus masuk dalam perbedaan itu,” tambahnya.
“Dengan adanya field trip ini kita bisa meminimalisir prasangka, karena sumber konflik yang ada itu adalah kita tidak saling mengerti tetapi banyak orang yang memainkan stigma, dan prasangka, bagi kami itu sangat tidak sehat. Kita harus menciptakan suasana perdamaian,” tandas Michael.
Salah satu siswi SMA Katolik St. Hendrikus Surabaya, Destine Prayogi Mertadiwangsa mengaku sangat senang dapat berkunjung, mengenal, dan belajar agama lain secara langsung melalui dialog bersama pemimpin agama yang ada.
“Di field trip kali ini saya senang, karena bisa lebih mengenal budaya dan agama yang ada di Indonesia, di tiga tempat ibadah ini saya juga bisa ambil kesimpulan bahwa disetiap agama itu pada dasarnya mengajarkan kebaikan dan kasih kepada sesama umat manusia meskipun berbeda,” ujar siswi kelas 11 IPS 3 ini.
Destine juga menambahkan, sebagai generasi muda sangat penting untuk memiliki rasa toleransi kepada sesama.
“Don’t judge people by the cover, jangan men-judge agama tertentu sebelum kita mengenal bagaimana yang sebenarnya. Karena tidak semua orang itu memiliki paham radikal atau fanatic,” ujarnya.
Pemangku Pura Segara, Mangku Wayan Budi senang dengan kunjungan ini, karena disinilah wawasan para generasi muda bisa terbuka, sehingga dapat menumbuhkan rasa toleransi kepada sesama.
“Saya sangat senang adanya kunjungan ini, karena disini kita bisa saling mengerti, menghormati, menghargai dengan proses ini yang tadinya kita tidak tau, dan mungkin ada rasa penasaran mengenai Hindu, dengan acara seperti ini secara tidak langsung mereka terbuka wawasannya, mereka akan tumbuh rasa toleransinya sesama umat beragama,” ujar pria yang telah 10 tahun menjadi Pemangku di Pura Segara ini.
Mangku juga menegaskan betapa pentingnya memiliki jiwa kasih sayang, toleransi kepada sesama, agar tidak saling menyakiti, melainkan saling bekerja sama untuk membangun negara.
Sekedar informasi, studi lapangan lintas iman ini merupakan implementasi pelajaran Geografi yang diajarkan oleh Ninuk Dyah Ekowati dan Sosiologi yang diterima dikelas, dengan praktik dilapangan berkaitan dengan penerapan nilai-nilai kebhinekaan yang didukung oleh Kepala Sekolah SMA Katolik St. Hendrikus Surabaya, RD. F. X. Satrijo Widyatmoko. (fos/red)
Tags: dialog lintas iman, keberagaman, Lintas Iman, pura segara, sma katolik st hendrikus surabaya
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.