Dukung Gerakan Berkain, Diana Sasa Kenakan Sarung Batik Produk UMKM

SR, Surabaya – Beberapa tahun belakangan, tren berkain atau sebuah gerakan mode di Indonesia yang berupaya untuk membiasakan kembali penggunaan kain-kain tradisional, seperti kain batik atau tenun, kembali viral di media sosial.
Namun berkain kali ini, tak sekadar memakai kebaya dan sarung batik saja, melainkan memadupadankan kain tradisional dengan berbagai outfit yang sesuai dengan nuansa berkain, seperti sarung kain yang di pasangkan dengan kemeja atau sarung batik yang di pasangkan dengan blouse dan masih banyak lainnya.
Melihat hal itu, anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Timur Diana AV Sasa turut mendukung dan mengapresiasi gerakan tersebut.
“Saya rasa (berkain, red) ini gerakan yang bagus, karena ini kalau tidak di adaptasi oleh anak-anak muda akan dianggap kuno dan ditinggalkan, padahal kan ini Indonesia banget. Kalau dulu namanya kain batik hanya dipakai bawahan kebaya, sekarang sudah dijadikan outer, scarf, vest dan banyak lagi,” ujar Sasa, Kamis (9/2/2023).
Ia juga mengaku sudah satu bulan mengenakan sarung batik dalam berbagai kegiatan, baik formal hingga non formal.
“Saya hampir di semua kegiatan, baik formal maupun non formal saya selalu pakai sarung batik, kecuali olah raga. Kalau dibanding kain lilit, saya lebih senang sarung karena lebih nyaman saja kalau dipakai,” katanya.
Sarung batik ini diakui oleh Sasa menjadi bagian dari strategi personal branding agar dirinya lebih mudah diingat dari penampilannya yang khas itu.
“Obama, Jokowi bajunya apa yang khas, putih, kan. Sujiwo Tejo, Sarung dan topinya. Pak Prabowo, baju tactical coklat,” sebutnya.
Tak hanya itu, lanjut Sasa, pakaian khas yang dikenakannya juga menunjukkan karakter dan pilihan keberpihakan kepada kalangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
“Saya pakai batik ya tentu saya cenderung pro produk lokal. Saya pakai tas kulit produksi Magetan. Sepatu saya beda warna kanan kiri. Itu bukan sekadar mau nyleneh tapi beda warna sepatu itu kampanye menghargai perbedaan manusia, human diversity campaign,” jelas Sasa.
Saat berkunjung ke berbagai pameran UMKM pun, ia selalu menyempatkan mampir ke stan yang menjual sarung, batik, hingga stan yang menjual hasil kerajinan tangan yang terbuat dari kayu. Jika ada yang cocok, Sasa tak ragu membelinya, bahkan jika kualitasnya memang bagus ia akan mempromosikan barang tersebut melalui media sosial pribadinya sebagai bentuk dukungan.
“Kalau bagus dan dekat dengan lingkungan saya biasanya juga saya support peralatan, ada canting, kain, dan lainnya. Yang pasti supportnya tidak berbentuk fresh money,” katanya.
Alumnus Unesa ini mengatakan, perlu pendampingan pada UMKM yang menghasilkan kain batik maupun sarung batik di Jawa Timur untuk peningkatan kualitas produknya.
“Saya rasa perlu ditingkatkan tentang pemilihan bahan dan kualitas pewarnaannya, karena saya lihat masih banyak yang kainnya sangat tipis, ya memang sesuai harga sih sebenarnya. Cuma kita masih perlu belajar ke daerah Jawa Tengah kalau urusan batik ini karena seperti di Pekalongan, Solo, Yogya itu batiknya sudah bagus-bagus, mulai dari kualitas kain hingga pewarnaannya, dengan harga terjangkau,” sambungnya. (fos/red)
Tags: Berkain, Diana AV Sasa, Produk UMKM, Sarung Batik
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.