Cara agar Merdeka dari Covid-19

Yovie Wicaksono - 18 August 2021
Deklarasi Surabaya Memanggil yang Berisi Arek-arek Suroboyo untuk Membantu Menanggulangi Covid-19. Foto : (Istimewa)

SR, Surabaya – Jika dulu para pahlawan bangsa bersatu, bergotong royong untuk mengusir penjajah, kali ini seluruh warga negara Indonesia harus bergerak bersama dalam menangani pandemi Covid-19 yang menjadi musuh bersama.

Dengan menjunjung tinggi rasa persaudaraan dan kemanusiaan, masyarakat berbondong-bondong memberikan sumbangsihnya untuk bisa menyelamatkan sesama dan bangsa. Dalam hal ini, Kota Surabaya bisa menjadi contoh.

Saat Kota Pahlawan sedang mengalami puncak penyebaran kasus Covid-19, pada Jumat (2/7/2021), Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mendeklarasikan pembentukan tim relawan bernama Surabaya Memanggil yang berisi arek-arek Suroboyo untuk membantu menanggulangi Covid-19.

Tanpa imbalan dan bayaran, arek-arek Suroboyo yang saat itu berjumlah 50 orang dan berasal dari berbagai latar belakang, bersatu demi kesembuhan kota tercinta. Dan jumlah itu terus bertambah seiring dengan tingginya antusias membantu sesama. Kini, anggotanya telah mencapai sekira 1000 orang.

“Awalnya anggota berjumlah 50 orang, lalu setelah dibuka pendaftaran menjadi 2500 tapi seiring berjalannya program, sekarang sisa kurang lebih 1000 relawan yang aktif, karena ada yang mengundurkan diri, ada yang kita masih belum membutuhkan,” kata Koordinator Surabaya Memanggil, Aryo Seno Bagaskoro, Rabu (11/8/2021).

Pria yang akrab disapa Seno ini mengatakan, kehadiran relawan Surabaya Memanggil, ibarat pertandingan yang sedang berada di fase injury time. Dari momentum inilah, anggota yang sebelumnya tidak mengenal satu sama lain, bersatu dan gotong royong memberikan energi kesembuhan yang dahsyat untuk Surabaya.

“Saya juga alumni Covid-19 dua kali, teman-teman juga ada yang menjadi penyintas, tapi saya sudah merasa berteman dengan Covid-19, tubuh saya sudah kenal dengan virusnya dan karena sudah vaksin, imun saya juga sudah terlatih, jadi bukan penghalang untuk tetap di Surabaya Memanggil,” ujarnya.

Relawan Surabaya Memanggil yang Bertugas sebagai Sopir Ambulans. Foto : (Istimewa)

Setelah program dimulai, para relawan langsung diberikan pembekalan untuk kemudian ditempatkan di berbagai tempat, yakni Rumah Sakit Lapangan Tembak Surabaya (RSLT), Krematorium, Dinas Sosial, Puskesmas, percepatan vaksin, hingga kecamatan.

Setelah itu, mereka dibagi dengan tugas masing-masing, seperti driver ambulans, pemulasaran jenazah, runner oksigen, sosialisasi Covid-19, dan entry data, dengan jam kerja yang menyesuaikan situasi pos penempatan. Misal, pada driver ambulans jenazah dengan penyesuaian 3 shift kerja yang bisa dipilih oleh para relawan. Lalu di Puskesmas dengan 2 shift, dan pada percepatan vaksinasi massal yang membutuhkan waktu sehari penuh.

Tentu dalam hal ini tidaklah mudah untuk melakukan penyesuaian pada pekerjaan yang sebelumnya belum pernah mereka jamah itu. Banyak dinamika yang dialami relawan baik di internal maupun saat terjun ke lapangan. Misal saat berhadapangan dengan masyarkat yang tidak percaya dengan Covid-19, sehingga perlu diberikan pengertian dan berkoordinasi dengan Camat setempat.

“Karena memang kita ini relawan ya, bukan karyawan, jadi menghadapinya juga teman-teman di lapangan banyak dinamika. Bagaimana kita harus menyesuaikan dengan situasi. Misalnya pada saat Surabaya memutuskan untuk membangun Rumah Sehat di tiap kelurahan,” ucapnya.

“Di internal juga karena ada banyak kepala, ya ada satu dua yang rumit, jadi kalau menemui hal itu kita tinggal dulu, kita fokus membantu masyarakat, setelah itu baru diselesaikan bersama,” sambungnya.

Ia mengatakan, para relawan secara inisiatif tergerak dan terdorong untuk memberikan lebih melalui apa yang mereka bisa. Jika tidak bisa menyumbang materi, mereka menyumbang tenaga, pemikiran, ide, dan itu menjadi sebuah energi gotong royong yang luar biasa.

“Sehingga betul-betul semuanya bekerja bareng dan itu luar biasa, karena kebanyakan dari teman-teman ini mungkin baru pertama kenal ya disini, tapi dipersatukan karena satu mimpi akan kemanusiaan yang sama,” ucapnya.

Seno menyebut, selama sekira 1 bulan lebih ini, banyak pengalaman mengharukan yang dialami oleh para relawan. Seperti pada mereka yang bertugas memulasarkan jenazah. Mereka betul-betul merasakan ketika Surabaya mengalami puncak kasus Covid-19. Dimana dalam sehari, mereka mengevakuasi kurang lebih 170-180 jenazah.

“Tidak hanya orang dewasa, bahkan ada anak-anak yang harus meninggal karena Covid-19. Mereka menghadapi situasi itu, dengan keluarganya dan lain sebagainya dan betul-betul sedih saat kemarin puncak itu,” sambung pria yang juga menjabat sebagai Ketua Taruna Merah Putih itu.

Dengan usaha keras dari berbagai pihak, relawan Surabaya Memanggil berhasil meluluskan alumni sekira 19.000 orang dari RS. Asrama Haji, dan penurunan Bed Occupancy Rate (BOR) di Surabaya yang mencapai angka 60-70 persen. Tidak berhenti disitu, mereka akan menggencarkan vaksinasi agar target herd immunity di Kota Pahlawan ini dapat tercapai.

“Alhamdulillah sekali, kita bahagia sekarang ini mulai landai semuanya. Kalau dulu pertengahan Juli itu BOR bisa sampai 100 persen, per Rabu (11/8/2021) kita sudah ada di angka 60-70 persen. Dan di RSLT kemarin kita juga mendapat kabar membahagiakan, BOR nya di RSLT sudah 0 persen, artinya tidak ada pasien sama sekali disana selama beberapa hari terakhir ini,” tuturnya.

Tampilkan Semua

Tags: , , , , , , ,

Berita Terkait

Tinggalkan komentar

Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.