Candi Jawi, Peninggalan Terakhir Kerajaan Singhasari
SR, Pasuruan – Candi Jawi di Dusun Jawi, Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, merupakan situs peninggalan Kerajaan Singhasari (Singasari) terakhir yang berada di sisi paling utara dari pusat Kerajaan Singasari.
Nama Jawi berasal dari kata Jajawa dan kemudian berubah menjadi Jawi, sesuai dengan keberadaan Candi Jawi yang berada di Dusun Jawi.
Juru Pelihara Candi Jawi, Mistari (53) mengatakan, candi yang menghadap ke arah timur ini berfungsi sebagai tempat pendhermaan (penyimpanan abu jenazah) Raja Kertanegara. Candi ini juga bersifat Hindu Budha, atau Tantrayana.
“Dimana bagian atas candi berlambang stupa ini menggambarkan ciri candi Budha, sedangkan bentuknya yang ramping menggambarkan ciri candi Hindu,” ujar pria yang telah menjadi juru kunci Candi Jawi sejak 2011 ini.
Candi yang dibangun pada Abad ke 13, pada masa Raja Kertanegara ini memiliki tinggi 24,50 meter, panjang 14,20 meter, dan lebar 9,50 meter. Pertama kali dipugar pada masa Belanda, tahun 1938 – 1941, kemudian pemugaran kedua dilakukan oleh BPCB pada 1975 – 1980. Pada tahun 1331 Candi Jawi tersambar petir dan hanya menyisakan kaki dan selasar candi yang paling bawah.
“Candi ini dibagi menjadi tiga bagian, yakni atap, tubuh, dan kaki. Setelah tersambar petir itu bagian tubuh sampai atap sudah runtuh. Kemudian dipugar, batu yang tidak bisa dipakai atau hilang itu dibuatkan dari batu putih. Makanya bagian tubuh candi berwarna lebih terang dari pada kaki candi,” ujarnya.
Mistari mengatakan, hingga kini relief yang ada di Candi Jawi belum dapat diterjemahkan, namun untuk cara membacanya searah dengan jarum jam (Pradaksina).
Seperti pada candi lainnya, di samping kiri kanan tangga masuk terdapat Makara. Sedangkan Makala terdapat diatas ruangan candi atau diatas pintu candi. Dulu, pada relung samping kanan kiri candi terdapat Arca Dewa Siwa Mahaguru, dan di relung bagian belakang candi terdapat Arca Ganesha. Kini sebagian arca yang dulunya ada di Candi Jawi tersimpan di Museum Pandaan.
Didalam ruangan candi terdapat batu yoni yang sebetulnya sepasang dengan batu lingga. Sayangnya, batu lingga di Candi Jawi sampai sekarang belum ditemukan. Kemudian diatas ruangan candi, terdapat relief seseorang yang sedang naik kuda atau bisa disebut Dewa Surya atau Surya Majapahit.
Candi Jawi dikelilingi oleh kolam yang berfungsi untuk peredam guncangan apabila terjadi gempa, dan mengukur debit air ke aliran lahan petani namun kini sudah tidak berfungsi. “Kalau jaman dulu, kolam ini juga berfungsi untuk melindungi candi dari hewan liar yang akan masuk. Karena candi kan suci,” imbuhnya.
Di areal Candi Jawi yang seluas 93 meter x 53 meter ini juga terdapat Candi Perwara yang hanya tersisa pondasinya. Candi ini dulunya adalah balai tunggu bagi kerabat kerajaan yang mau masuk candi. Tidak hanya Candi Perwara, di dalam kompleks Candi Jawi juga terdapat Candi Bentar yang dulunya berfungsi sebagai gapura atau pintu masuk yang terbuat dari batu bata.
Candi Jawi buka setiap hari mulai 07.00 – 16.00 WIB. Di hari libur ada 250-300 orang pengunjung yang datang dari berbagai daerah, sedangkan pada hari biasa hanya mencapai 30-50 orang.
“Bukan hanya sebagai wisata sejarah, namun hingga kini candi ini masih digunakan sebagai tempat ibadah umat Hindu yang tinggal di sekitaran candi maupun yang datang dari berbagai daerah,” ujar Mistari. (fos/red)
Tags: candi bentar, candi hindu budha, candi jawi, candi perwara, ganesha, kerajaan singasari, pasuruan, peninggalan kerajaan, raja kertanegara, singhasari, siwa, tantrayana
Berita Terkait
Tinggalkan komentar
Silahkan masuk atau daftar terlebih dahulu untuk memberi komentar.